Senin, 31 Oktober 2011

SAAT HARUS BERBUAT CEPAT DAN TEPAT


SAAT HARUS BERBUAT CEPAT DAN TEPAT
Oleh : Sobarudin
Takdipungkiri banyak manusia yang lebih menyukai keselamatan dunia ketimbang akhirat, karena memang mereka hidup didalamnya, namun meski bagaimana menurut Nabi Muhammad SAW, “ Bukanlah orang-orang yang bijak yang tidak bisa menundukan hawa nafsunya dan tidak berbuat demi keselamaatan akhiraat kelak.” (HR.Tirmidzi).
Karenanya selagi berkesempatan maka raihlah peluang kebajikan itu sebelulm ia sirna. Sebuah kisah dari zaman Rasulullah SAW mungkin akan menjadi ibrah/pelajaran untuk kita bersama. Kisah ini termaktub dalam tafsir At Tabrani. Dialah Tsa’labah seorang pemuda miskin yang berharap menjadi kaya. Banyak orang merasa miris melihat penampilannya. Kerap kali ia datang terlambat saat shalat, dan pulang secepatnya saat shalat selesai, ketika ditanya tentang kebiasaannya ini, ia menjawab bahwa baju yang ia pakai adalah satu-satunya miliki bersama keluarga. Jadi, saat ia berpakaian maka istrinya tidak, begitupun sebaliknya.
Suatu saat, ia menghadap Rasulullah SAW. Ia meminta kepada Rasul  agar dido’akan mendapat rezeki berlimpah. Tetapi, Rasul enggan  untuk mengiyakannya. Rasul SAW berpesan, “Mungkin yang terbaik bagimu adalah seperti ini, wahai Tsa’labah. Aku khawatir engkau tidak akan kuat menerima ujian harta”. itulah pesan Rasulullah SAW kepada Tsa’labah. Namun Tsa’labah berkeras dan menjamin bahwa ia sanggup menanggung hidup dengan harta berlimpah.
Singkat cerita, Rasul SAW berdoa untuknya sekaligus memberikan modal sepasang hewan ternak. Modal tersebut kemudian menjadi berkah dan berlimpah. Benar saja, Tsa’labah sungguh diuji dengan harta yang ia miliki. Ia mulai sibuk dan tidak sempat lagi mengikuti majlis yang diadakan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mulai khawatir akan perubahan tingkah Tsa’labah ini.
Kekhawatiran itu semakin terbukti saat perintah zakat turun dan Rasul SAW pun mengirimkan beberapa petugas untuk meminta zakat dari harta yang Tsa’labah miliki. Dengan angkuh Tsa’labah mengatakan, “Enak saja...! susah payah aku dapatkan harta ini, kok dengan mudahnya pake diminta segala!”.
Beberapa petugas mencoba menyampaikan bahwa ini adalah perintah Allah SWT dalam sebuah bentuk ibadah wajib yang dinamakan zakat. Mereka pun hadir ke sana sebab perintah Rasul SAW. Sayang Tsa’labah tidak bergeming dan tidak mau mengubah pendiriannya. Maka mereka pun melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah SAW.
Saat mendengar penuturan para petugas zakat tentang hasil yang didapat dari Tsa’labah, Rasul SAW menjadi berang, Beliau marah besar dan sungguh mengerti sifat asli Tsa’labah. Rasul SAW bersumpah tidak mau menerima zakat Tsa’labah meski zakat itu diantarkan  dalam jumlah berlipat. Keberangan Rasulullah SAW diiringi dengan murka Allah dengan turunnya wahyu Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 75-78.
Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).
Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.
Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib. (Q.S. At-Taubah, 75-78)

           Semua manusia mengetahui hal ini,  mereka semua mengecam Tsa’labah. Kondisi dan situasi yang parah ini membuaat hidup Tsa’labah menjadi sempit, dengan rasa malu, ia mencoba untuk menemui Rasul SAW dengan membawa sejumlah harta sebagai pembayaran zakat. Namun apa yang ia dapat, rupanya pintu zakat telah ditutup rapat, Rasul SAW tidak berkenan menerima zakat harta Tsa’labah.
Kehancuran hati itu semakin menjadi saat Rasulullah SAW wafat kemudian digantikan oleh khalifah Abu Bakar Assidiq. Untuk kali kedua, Tsa’labah mencoba membayarkan zakatnya. Namun Abu Bakar Assidiq berkata kepadanya, “Andai saja Rasulullah SAW menerima zakatmu, aku pun pasti akan menerimanya”.
Itulah kisah yang menampilkan keserakahan seorang manusia yang lupa akan janji yang diucapkan dan kufur terhapat nikmat dari Allah SWT. Kesempatan berbuat kebaikan ada saat-saatnya. Bila itu terlewatkan maka penyesalan yang akan berlaku pahit terhadap dirinya, karenanya selagi kesempatan itu masih terbuka dan kita miliki, keluarkanlah zakat harta atau zakat profesi kita, serta pergunakanlah harta kita di jalan Allah SWT, sebelum datangnya hari yang tiada ada lagi jual beli dan persahabatan. Semoga kita semua diselamatkan dalam kekacauan hari itu. Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar