EMPAT NASEHAT LUKMANUL HAKIM
Oleh: Sobarudin
Pada akhir abad menjelang kelahiran nabi Isa AS, hidup seorang bijak bernama Lukman. Kebijaksanaannya begitu tinggi sehingga di belakang namanya digandengkan kata al-hakim, menjadi Lukmanul Hakim. Dan Allah SWT berkenan menjadikan namanya sebagai salah satu nama surat dalam al-Qur’an yaitu surat Lukman, surat ke-31.
Salah satu nasehat Lukman yang di abadikan al-Qur’an antara lain tentang ke-Esaan Allah dan larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah. Allah berfirman, “ Janganlah kamu menyekutukan Tuhan, sesungguhnya syirik itu kesesatan yang besar” (Q.S. Lukman:13).
Selain yang saya sebutkan tadi, tentu masih banyak lagi nasehat yang tercantum dalam al-qur’an. Namun dalam kesempatan ini penulis hanya menyoroti dan mengguar kembali empat nasehat atau pilihan Lukmanul Hakim yang dikutip Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin. Yaitu nasehat-nasehat Lukmanul kepada anaknya, mudah-mudahan ke empat nasehat Lukman yang akan diuraikan ini ada hikmahnya yang bisa kita peroleh untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari sesuai kondisi seperti sekarang ini.
Suatu hari Lukman ditanya anaknya. “ Ayah, andai aku diminta untuk memilih satu hal dari seluruh isi bumi ini, maka apakah seharusnya kupilih?, Tanya anak Lukman. “ Addin “, jawab Lukman. Artinya pilihlah Agama.
Mengapa agama harus menjadi pilihan utama? Sebab beragama adalah fitrah manusia. Beragama adalah sifat dasar manusia yang melekat pada manusia, seperti sifat manis pada gula atau sifat panas pada api. Sifat-sifat itu menyatu sangat kuat dan tidak bisa lepas. Jadi manusia yang beragama berarti ia tetap dalam fitrah kemanusiaannya. Sebaliknya bila manusia tidak mau beragama berarti ia telah kehilangan sifat dasarnya. Ia seperti api yang tak panas lagi atau seperti gula yang tidak manis lagi.
Karena itu anakku, pilihlah agama! Dengan beragama, lanjut Lukman, kamu bisa berdoa minta penyelesaian segala persoalan. Sebab seorang manusia yang berusaha dengan disertai doa, bila ia berhasil, ia akan bersyukur, tapi bila gagal ia akan tawakal. Sedangkan manusia yang usahanya tidak disertai doa, bila berhasil, ia akan lupa diri sebab merasa bahwa keberhasilan yang diperoleh adalah semata-mata jerih payahnya sendiri. Sebaliknya, bila ditimpa kegagalan, ia akan kecewa dan rasa percaya dirinya hilang.
Beragamalah kamu wahai anakku, sepaya kamu kenal dengan Tuhanmu. Bila kamu mengenal-Nya, nanti kamu akan dekat dengan-Nya. Maka mendekatlah kamu kepada Tuhanmu. Bila kamu mendekat kepada-Nya satu jengkal, ia (Allah) akan mendekati juga kepadamu sehasta. Bila kamu mendekati-Nya sehasta, ia akan mendekati kamu satu depa. Bila kamu menemui Tuhanmu sambil berjalan, maka ia akan menemuimu sambil berlari. Artinya usaha mendekatkan diri kepada Tuhanmu, selalu akan dibalasi dengan balasan yang berlipat ganda. Bila kamu berusaha mendekati Tuhanmu, maka Tuhanpun akan mendekatimu tetapi sebaliknya bila kamu menjauh dari Tuhanmu, Tuhanpun akan menjauhi kamu dan tidak akan memberi rahmat-Nya kepadamu.
Karena itu wahai anakku pilihlah agama!, Agama itu mudah. Addinu Yusrun, agama itu memang mudah dan Allah tidak menjadikan kesulitan dalam beragama. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesui dengan kemampuannya.
Allah merancang kewajiban bagi manusia supaya mudah. Allah tidak menyuruh shalat setiap jam, puasa sepanjang tahun atau zakat setengah dari harta milikmu. Sebab Allah maha tahu bila ketentuan seperti itu diberlakukan akan memberatkan kamu. Jadi beragama itu mudah, jadi bila kamu harus memilih salah satu dari bumi ini, pilihlah agama dan jadilah manusia yang beragama.
Anak Lukman kemudian bertanya lagi, Tapi itu baru satu pilihan. Bagaimana jika aku minta dua pilihan? Jawab Lukman,” Addin wal mal”. Pilihlah agama dan harta.
Mengapa harta harus menjadi pilihan? Sebab dengan harta kamu bisa memenihi kebutuhan hidupmu. Dengan uang yang kamu punya, kamu dapat membeli pakaian yang indah untuk menghiasi tubuhmu. Alasannya Innallaha jamil yuhibul jamal. Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Dengan harta kamu dapat memakan makanan yang lezat dan bergizi supaya tubuhmu sehat dan kuat. Itu penting sebab “ Al mu’minu qowiyu khairun minal mu’mini dhaifi”, bahwa mukmin yang kuat (sehat fisik dan jasmaninya) itu lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
Disamping itu dengan harta yang kamu miliki. Anak-anakmu akan bisa sekolah, bisa kuliah, belajar agama, mengaji di pesantren atau madrasah supaya mereka kelak menjadi orang cerdas dan hidup mandiri. Itu adalah kewajibanmu menjadikan anak-anakmu hidup layak dan tidak menjadi beban orang lain. Jadi agama itu penting tapi memiliki harta juga penting.
Anak Lukman terus bertanya, “ Bagaimana sekiranya aku minta memilih tiga atau empat pilihan?”. Jawab Lukman “ Addin, wal mal, wal hayya, wa husnul khuluq.” Yang pertama pilihlah agama(din), kedua harta (mal), ketiga rasa malu (haya) dan keempat akhlak baik (husnul khuluq).
Rasa malu juga penting, sebab tanpa rasa malu hidupmu tak akan pernah mulia. Malu adalah benteng yang menjagamu dari kehinaan. Malu juga adalah pagar yang membatasimu dengan keserakahan dan kerakusan. Al Hayyau minal iman, malu itu sebagian dari iman. Tidaklah beriman orang tidak punya rasa malu. Karena itu hiasilah imanmu dengan rasa malu.
Kemudian, pilihlah yang keempat, akhlaq yang baik (husnul khuluq). Sebab pada hakekatnya untuk itulah kamu diciptakan. Allah tidak menilai dari rupamu, Allah tidak menilai dari suaramu tetapi Allah menilai dari hati dan akhlakmu. Bila pada dirimu tedapat empat hal itu,niscaya kamu akan hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Insya Allah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar