ANTARA PILIH SEKOLAH DAN SEKOLAH PILIHAN
Oleh : Sobarudin
Di lorong dekat ruang Tata Usaha (TU), dua orang siswa terlihat asyik ngobrol santai sambil menunggu Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional sebut saja SKHUN yang rencananya akan dibagikan oleh Sekretaris UN yakni Wakasek Bidang Kurikulum pada pukul 09.00 WIB, tak sengaja saya menangkap obrolan mereka, inti dari obrolan keduanya adalah rencana mereka setelah lulus dari SMP ini akan meneruskan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Satu orang terdengar ucapanya begitu antusias dan optimis benar bahwa dirinya akan diterima di sekolah yang menjadi tujuannya selama ini, yakni SMA paforit di Ibu kota Kabupaten yang sudah tenar, sedangkan seorang lagi dengan nada datar dibarengi kata-katanya tidak begitu PD (baca Percaya Diri) karena hanya berencana sekolahnya hanya di SMA kecamatan saja tidak seperti temannya tadi di Ibu kota Kabupaten. Itulah obrolan singkat yang menggambarkan fenomena pemilihan sekolah.
Seiring berakhirnya Ujian Nasional (UN) tahun 2011 ini, sejumlah sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas maupun yang sederajat dengan itu (MI, MTs dan MA), maka waktu terakhir ini disibukan dengan masa Peneriman Siswa Baru. Semua unsur terkait mulai sibuk dengan urusannya masing-masing yang ada korelasinya dengan Penerimaan Sisiwa Baru. Pihak lembaga pendidikan (sekolah) jauh hari sebelum UN dilaksanakan terkadang sudah mempersiapkan dan melakukan serangkaian kegiatan guna menarik simpati para calon siswa baru dan para orang tua murid, walaupun dengan konsekwensi dana yang tidak sedikit.
Kegiatan dimaksud biasa dikemas dengan kemasan lomba mata pelajaran (Mapel), lomba bola volly, lomba sepak bola, lomba fulsal, lomba pidato keagamaan, lomba tulis kaligrafi, mendongeng dll, yang dikaitkan dengan momen ulang tahun lembaga yang bersangkutan. Hal demikian dengan serius mereka lakukan dengan harapan utama penerimaan siswa baru mendatang dapat meningkat dari tahun sebelumnya atau paling tidak sama dengan sebelumnya.
Praktik demikian memang tidak salah dilakukan sehingga perlu diberi apresiasi, sebagai bentuk kegiatan yang berdampak positif terhadap serangkaian kegiatan sekolah-sekolah sebagai peserta dari masing-masing lomba yang bersangkutan untuk mempersiapkan diri, tumbuh etos kerja untuk melatih dan berlatih dengan harapan menjadi sekolah yang mendapat kemenangan pada tiap mata lomba yang diselenggarakan untuk kemudian dapat mengangkat nama baik sekolahnya.
Berkaitan dengan rekruitmen siswa baru, sejumlah kegiatan seperti disebutkan di atas, dipandang baik sepanjang dilakukan dengan cara yang baik, elegan dan memperhatikan norma agama dan kesopanan. Nampaknya ada fenomena paradok dengan apa yang terjadi dilapangan, pada tingkat bawah terjadi praktik-praktik yang tidak mencerminkan prilaku yang berpatokan padan norma seperti di atas, persaingan cenderung kurang sehat dan tidak fair, sehingga ada sebagian sekolah dengan menghalalkan segala cara, mulai dengan pemberian janji-janji yang cenderung terlalu didramatisir sehingga terkesan muluk-muluk, membuat opoini mendeskreditkan lembaga sekolah lain, memberikan sejumlah bingkisan misterius, yang berisi Pakaian Seragam Anak Sekolah (PSAS), Tas, Sepatu, Alat Tulis, sejumlah perlengkapan sekolah dan terkadang pemberian uang jajan. Sedikit disayangkan, betapa tidak, belum saja siswa masuk ke lembaga tempat dimana dia akan menimba ilmu, ternyata sudah di suguhi praktik-praktik yang bernuansa suap dan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan. Hal ini penting dikemukakan karena sekolah merupakan suatu lembaga untuk menanamkan nilai- nilai positif, seperti nilai keagamaan, kejujuran, sportifitas, disiplin, kemanusiaan dan kemasyarakatan dll.
Berkaitan hal diatas, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kita semua terutama para orang tua dalam pemilihan sekolah, sehingga apa yang diharapkan oleh orang tua dan anak dapat tercapai dengan baik sesuai dengan harapan.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka memilih sekolah atau sekolah pilihan diantaranya :
1. Faktor Internal
a. Pastikan Tujuan / cita-cita
Hal ini penting dilakukan agar orang tua dan anak tidak keliru memilih sekolah yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan kedepan. Sebagai contoh apabila tujuan agar anaknya kelak menjadi seorang Dokter, maka ketika akan menyekolahkan ke tingkat SLTA, maka sebagai orang tua bisa memasukan anaknya ke SMA jurusan IPA atau SMK jurusan keperawatan/medis, demikian halnya dengan tujuan yang lain harus dicarikan sekolah yang sesuai dengan tujuan/cita-cita anak kedepan.
b. Pertimbangkan Kondisi Ekonomi Keluarga
Rasanya jarang sekolah yang menyelenggarakan sekolah secara gratis, sungguhpun mungkin ada 1-2 diantaranya sekolah yang menyelenggarakan secara gtatisan seperti itu, tetapi itupun tidak gratis total 100 %, masih membutuhkan biaya tambahan di luar dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS), belum lagi tidak ada jaminan bahwa sekolah gratis itu pasti kualitasnya sama dengan sekolah paforit lain, sehingga ada sejumlah sekolah gratisan tetapi ternyata dikemudian hari ada indikasi menggiring peserta didik ke arah tertentu yang konotasinya tidak baik.
Hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak didik dalam mencapai tujuannya. Salah-salah dalam memilih sekolah tanpa memperhatikan kondisi keuangan keluarga, maka bisa-bisa nanti siswa mogok di tengah jalan gara-gara banyak serangkaian registrasi yang belum terselesaikan.
c. Beri Kesempatan Anak Untuk Memilih
Maksud memilih disini adalah memilih profesi kedepan dan memilih sekolah yang sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang anak bukanlah sebuah boneka yang dengan suka-suka dapat diperlakukan oleh orang tua untuk menuruti segala obsesinya, akan tetapi dia akan tumbuh dan berkembang sesuai masa dan dunianya masing-masing, seorang anak tahu persis posisi akademik dirinya. Kewajiban orang tua hanyalah membantu membentangkan pilihan sekolah yang baik untuk kemudian menyarankan kepadanya memilih yang terbaik dari yang baik dengan pertimbangan potensi dan kondisi ekonomi keluarga.
2. Faktor External
a. Pilih Sekolah Yang Baik
Berbicara sekolah yang baik memang beragam pendapat, pendapat-pendapat itu secara sederhana dapat di kelompokan menjadi ;
- Sekolah yang memiliki gedung dan sarana prasarana yang lengkap,
- Sekolah mempunyai visi dan misi yang berorientasi kedepan dan menasional bahkan kalau memungkinkan internasional,
- Sekolah yang selalu berorientasi pada standar kinerja profesional,
- Memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pengetahuan dan kompetensi
- Berpartisipasi dan Bertanggung Jawab terhadap siswa,
- Menjalin budaya kerjasama yang baik antara manajemen, guru dan siswa,
- Menggunakan dan konsisten pada aturan: Kepastian dalam melakukan tindakan,
- Mengembangkan kehidupan yang memberikan peluang kepada guru dan siswa untuk berkreasi,
- Kerjasama diterima oleh semua pihak dan tujuan diinformasikan secara jelas,
- Kerjasama dan konsensus dalam kegiatan sekolah,
- Keterlibatan Orang Tua,
- Pelatihan Internal bagi Guru.
b. Pilih Sekolah Mudah Di Akses
Maksudnya adalah diupayakan benar letak lokasi suatu lembaga pendidikan yang akan kita tuju itu benar-benar mudah di akses. Bisa masuk kendaraan bermotor (sepeda motor atau mobil). Mudah diakses oleh internet dll. Hal ini penting dilakukan mengingat keterlibatan orang tua terhadap jalannya suatu lembagan pendidikan mutlak adanya, biasanya diwujudkan dalam wadah yakni Komite Sekolah.
3. Perhatikan Komitmen Lembaga Terhadap Alumnus
Sepintas hal ini seperti sepele, padahal hal ini cukup penting dilakukan, karena fakta dilapangan tidak sedikit lembaga pendidikan dalam perjalanan menjalankan fungsinya terjebak pada praktik bisnis oriented, maksudnya kurang memperhatikan nasib para alumnusnya kedepan setelah tamat dari lembaga miliknya, mau sukses atau nganggur aja itu tidak menjadi perhatian, yang menjadi pusat perhatian seriusnya hanyalah bagaimana memperoleh siswa yang maksimal dengan harapan kontribusi dari peserta didiknya menjadi sesuatu yang menggembirakan.
Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tertentu biasanya telah mengadakan hubungan kerjasama dengan dunia usaha atau industri. Hal semacam ini pertanda lembaga pendidikan itu telah mempunyai kredibilitas dan reputasi baik sehingga mendapat pengakuan dan kepercayaan dari dunia usaha atau industri.
Kesimpilan:
1. Orang tua berkewajiban terhadap masa depan pendidikan anak, karena anak akan hidup pada masa dan jaman yang berbeda dengan orang tua, dunia penuh tantangan, fenomena sosial kemasyarakatan yang komplek dan senantiasa berubah secara dinamis.
2. Pemilihan lembaga pendidikan secara cerdas merupakan wujud langkah positif guna mempersiapkan anak untuk hidup survive di jamannya. Anak adalah amanah dari Allah untuk dididik dan dijaga dari hal-hal yang tidak baik.
3. Bermusyawarah, berdialog, berdiskusi dengan anak secara santun dalam memilih suatu lembaga pendidikan yang akan dimasuki merupakan suatu keniscayaan, sehingga kesalahan dalam hal pemilihan lembaga pendidikan itu dapat diminimalisir.
Demikian tulisan sederhana ini...
” Selamat memilih dan memasuki lembaga pendidikan yang terbaik dari yang baik untuk masa depan yang lebih baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar