Minggu, 11 Desember 2011

CONTOH MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


PERTUMBUHAN FISIK
DAN PERKEMBANGAN INTELEK PESERTA DIDIK REMAJA


M A K A L A H


Diajukan sebagai  tugas kelompok
Mata Kuliah   : Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu    : Prof. Dr. Hj. Mintarsih Danumiharja, M.Pd.








 Kelompok I

1.     Sobarudin       NPM. 14106310036
2.     Iceu Enisceu   NPM. 14106310030
3.     Eni Suherni     NPM. 14106310028

Konsentrasi  PAI   Kelas  A   ( Beasiswa )







PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
 SYEKH NURJATI
CIREBON
                                                              2011

                                                                 
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................  

A.    PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang masalah .........................................................................  
2.     Definisi pertumbuhan, Perkembangan, Intelek dan Remaja ..................

B.    PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN INTELEK
PESERTA DIDIK REMAJA

1.     Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Remaja ............................................
a.      Pengertian Pertumbuhan Fisik ........................................................
b.     Ciri-ciri umum Masa remaja ...........................................................
c.      Proses Masa Remaja .......................................................................


2.     Perkembangan Intelek Peserta Didik Remaja .....................................
a.      Tahapan-tahapan perkembangan Intelek  Remaja ........................

3.     Perkembangan bahasa Peserta Didik Remaja .....................................


C.    KESIMPULAN ........................................................................................

D.    DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................    









PERTUMBUHAN FISIK
DAN PERKEMBANGAN INTELEK PESERTA DIDIK REMAJA

PRA WACANA
Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan salah satunya terhadap usia rentan yakni masa remaja.[1] Remaja merupakan masa peralihan dari kanak – kanak menuju dewasa, banyak perubahan yang akan dialami seorang peserta didik pada masa ini yang menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif.
Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan. Pembentukan perilaku  positif yang harus dimiliki oleh seorang warga negara yang baik, bermula dari keluarga. Djamaludin Ancok (1995) yang dikutif dari buku Hendriati Agustiani menyatakan bahwa pada saat ini pembinaan terhadap kaum remaja belum menemukan format yang maksimal, maraknya tawuran, dan berbagai kenakalan remaja lainnya dianggap sebagai akibat dari proses keterasingan dari kehidupan yang wajar. Salah satu akibatnya remaja dapat terasing dari kasih sayang dan perhatian orang tua.[2]  Umumnya orang tua dalam mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, penuh dengan perasaan was-was.
Pertumbuhan pada setiap individu manusia berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan fisik baik bersifat struktural maupun fungsinya, yang berbeda antara remaja laki- laki dan remaja perempuan. Gejala-gejala perubahan fisik remaja, mulai nampak ketika anak mulai memasuki masa awal remaja sebagai bagian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan. Perubahan fisik pada remaja hampir selalu disertai dengan perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku.[3]
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran.
Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Perkembangan intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri.
1.     Definisi pertumbuhan, Perkembangan, Intelek dan Remaja
a.     Definisi Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan (growth) merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. menurut A.E. Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.[4]
Istilah “Pertumbuhan” cenderung menunjuk pada kemajuan fisika atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya.
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolisme dalam tubuh.[5]

b.     Definisi perkembangan (Development)
Mengutif dari pendapat Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru, dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.[6]
Jadi, perkembangan itu tidak berhenti pada satu titik namun belajar sepanjang hayat.
c.      Definisi Intelek
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai : (1) Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, menilai,mempertimbangkan; (2) Kemampuan mental atau intelegensi. Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir.
Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat,serta mampu bertindak cepat.
Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungan atau menyatukan sama lain (Bimo Waalgito, 1981).
Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono, 1984).
Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1981). Di sini Terman membedakan antara concrete ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkret, dengan kemampuan yang bersifat abstrak abstract ability. Orang dikatakan inteligen, menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir abstrak dengan baik.[7]
Menurut Wechler merumuskaan intelektual/intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi/intelektual bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual”.[8]
Berdasarkan beberapa pendapat para pakar, maka dapat disarikan  secara sederhana bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
d.     Definisi Remaja
Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja),yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.[9]
Dalam berbagai buku psikologi terdapat perbedaan pendapat tentang remaja, namun pada intinya mempunyai pengertian yang hampir sama. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan masa peralihan masa kanak-kanak dengan dewasa, ada yang menggunakan istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertasi (Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian dan keperempuanan. Ada pula yang menyebutkan istilah adulescento (Latin) yaitu masa muda. Istilah pubercense yang berasal dari kat pubis yang dimaksud pubishair adalah mulai tumbuhnya rambut disekitar kemaluan.
Istilah yang digunakan di Indonesia para ahli psikologi juga bermacam-macam pendapat tentang definisi remaja.
Disini dapat diajukan batasan remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Menurut Sartilo (1991), tidak ada profile remaja di Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagi suku, adat dan tingkat sosial-ekonomi, maupun pendidikan.
Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun.[10]










































PEMBAHASAN

1.   Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Remaja
Pada saat remaja, berlangsung  perkembangan fisik. Perkembangan ini ditandai dengan bertambahnya tinggi dan berat badan,  munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan perkembangan alat-alat produksi, baik pada pria maupun wanita. Pada awal masa remaja anak wanita mulai mengalami menstruasi dan laki-laki mimpi basah, dan pengalaman ini merupakan pertanda bahwa mereka telah memasuki masa kematangan seksual. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan kematangan fisik, mental, sosial, dan emosi. Remaja memiliki energi yang besar, emosi yang berkobar – kobar sedangkan pengendalian diri belum sempurna.[11] Sedangkan mengutif pendapat  (Sarwono 1995), bahwa perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak pada perubahan-perubahan psikologis[12].
Tak dapat di sangkal dan memang itu adanya. Pertumbuhan fisik ini merupakan awal dimana remaja mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, memanfaatkan apa yang dimiliki sesuai perannya masing-masing, remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai dengan usianya . Saat inilah masa remaja membutuhkan bimbingan dari orang-orang terdekat supaya tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diharapkan.
Untuk lebih mengenal sosok remaja dilihat dari segi fisik akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan masa remaja diantaranya :
a.   Ciri-ciri Umum Masa Remaja
Adanya perubahan baikm di dalam maupun di luar  dirinya membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas jaringan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan  teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.
Secara umum masa remaja dibagi menjadi 3 (tiga ) bagian yaitu :
1.     Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
2.     Masa remaja pertengahan ( 15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang  penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan mengarahkan diri sendiri (self-directed).
Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3.     Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokalisional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri tahap ini.[13]
b.   Proses Masa Remaja
Perubahan yang  fundamental remaja bersifat universal namun akibatnya pada individu sangat bervariasi. Sehingga dapat dikatakan merupakan hal yangtidak mungkin untuk menggeneralisasikan tabiat remaja tanpa mempertimbangkan lingkungan sekitar tempat mereka tumbuh.
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Proses masa remaja dapat diuraikan sebagai berikut :
1.     Perubahan fisik
Ini terjadi pada awal masa remaja atau masa pubertas, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16 tahun pada pria (Hurlock, 1973 ; 20-21).


2.     Perubahan emosionalitas
Terjadinya perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja salah satunya terjadi sebagai akibat perubahan fisik dan hormonal. Ini semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas prilakunya.
3.     Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yaitu perubahan dalam kemampuan berfikir.dalam tahapan ini bermula pada umur 11 atau 12 tahun, kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak dan hipotesis, yang pada gilirannya kemudian memberikan peluang bagi individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
4.     Implikasi psikososial
Semua perubahan yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat membawa akibat bahwa fokus utama dari perhatian remaja adalah dirinya sendiri. Menurut Erikson (1968), seorang remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan.[14] 
2.   Perkembangan Intelek Peserta Didik Remaja
Perkembangan  intelektual remaja ditandai dengan kemampuan berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang dan waktu, berpikir abstrak yaitu mampu berpikir tentang ide – ide. Berpikir formal pada remaja ditandai dengan 3 hal penting yaitu (1)   Anak mulai mampu melihat kemungkinan – kemungkinan (2) telah mampu berfikir ilmiah (3) mampu memadukan ide – ide secara logis.
a.       Tahapan-tahapan Perkembangan Intelek  Remaja
Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif, membagi perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahap :
1. Tahap sensori-motoris (0-2 tahun).
       Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan dan belajar mengkoordinasikan tindakannya.

     2. Tahap praoperasional (2-7 tahun).
Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsure perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun).
Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret dan belum mampu melakukan abstraksi.
4. Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasa dan simbolik, dan memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan perlakuan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga dapat diterima oleh mereka.[15]
b.     Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek remaja
Mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek individu terjadi perbedaan pendapat diantara para penganut psikologi. Kelompok psikometrika radikal berpendapat bahwa perkembangan intelektual individu sekitar 90% ditentukan oleh faktor hereditas dan pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan, hanya memberikan kontribusi sekitar 10% saja. Kelompok ini memberikan bukti bahwa individu yang memiliki hereditas intelektual unggul, pengembangannya sangat mudah meskipun dengan intervensi lingkungan yang tidak maksimal. Adapun individu yang memiliki hereditas intelektual rendah seringkali intervensi lingkungan sulit dilakukan meskipun sudah secara maksimal.
Sebaliknya, kelompok penganut pedagogis radikal amat yakin bahwa intervensi lingkungan, termasuk pendidikan, justru memiliki andil sekitar 80-85%, sedangkan hereditas hanya memberikan kontribusi 15-20% terhadap perkembangan intelektual individu. Syaratnya adalah memberikan kesempatan rentang waktu yang cukup bagi individu untuk mengembangkan intelektualnya secara maksimal.
Tanpa mempertentangkan kedua kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini.
1. Faktor Hereditas
 Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
     Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam  memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah.
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian.
b.  Sekolah
     Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya.
3.     Perkembangan bahasa Peserta Didik Remaja
Sesuai dengan fungsinya,  bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.  bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa  diperlukan.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.
Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. 
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga  masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata  sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik  yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.[16]




























KESIMPULAN
Pada hakikatnya pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam hal ini peserta didik, tidak dapat dicegah karena akan terus berjalan secara alami. Yang terpenting adalah bagaimana remaja tersebut dapat mengisi tahap demi tahap pertumbuhan dan perkembangan mereka, baik perkembangan fisik, intelektual, emosi, bahasa, bakat khusus, moral dan sikap, dengan hal positif dan bermanfaat.
Dibutuhkan  lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan,  seperti orang tua pada lingkungan rumah, Guru pada lingkungan sekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi yakni lingkungan masyarakat. Guru sebagai pendidik  harus mengarahkan, membimbing, mengontrol, dan memberikan saran dalam tiap tahap dan gejala perkembangan remaja, serta dapat menjadi teladan yang baik dan menjadi sumber inspirasi peserta didik remaja.
Masa pertumbuhan fisik dan perkembangan intelek peserta didik remaja merupakan masa dan tahapan yang menentukan kehidupan remaja dikemudian hari. Oleh karenanya diperlukan sinergitas dari berbagai pihak terutama, orang tua, guru, lingkungan masyarakat dan negara sebagai pemegang kebijakan.



[1]  Hendriati Agustian, Psikologi Perkembangan, pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan  penyesuaian diri pada remaja,  2006, hal ; 1
[2]  Ibid, 2006; hal; 2
[3]  http://yusnan3.blogspot.com/ kamis, 03-11-2011

[4] A.E.Sinolungan, psikologi Perkembangan Peserta Didik, Jakarta Gunung Agung, 1997
[5] M. Ali,. Tumbuh Kemabang dalam Perkembangan. Bandung: PT. Cemerlang. 1988 hal ;78
[6] Reni Akbar Hawari, Psikologi Perkembangan anak;mengenal sifat,bakat dan kemampuan anak,Jakarta Grasindo, 2001



9  Dani Maulana. Perkembangan Intelektual pada Anak. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.;78
[9]Desmita ,Psikologi  Perkembangan. Bandung , Remaja Rosdakarya, 2009 ; 189
[12]  Desmita , Psikologi Perkembangan, 2009 ; 190

[13] Hendriati Agustian, Psikologi Perkembangan, pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada  remaja,  2006, hal ; 28-29
[14] .ibid, hal ; 30-33s

1 komentar:

  1. terima kasih atas ilmunya kak

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fnovrihadinata.wordpress.com

    BalasHapus