BIARKAN MASA DEPAN DATANG SENDIRI
Oleh : Sobarudin
Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi, apakah anda
mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya di lahirkan, atau memetik
buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat
diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian,
mengapa kita harus menyibukan diri dengan hari esok, mencemaskan
kesialan-kesialan yang akan terjadi kepadanya, memikirkan kejadian-kejadian
yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya
? bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak,
dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan ?.
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam ghaib dan belum turun ke
bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai
di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada
jembatan itu. Bisa jadi akan terhenti jalan kita sebelum samapai pada jembatan
itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum
kita sampai diatasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu
dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan
masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam
kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak
dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang
terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama
halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan
manusia di dunia ini justru banyak termakan oleh ramalan-ramalan tentang
kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan
menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang
diajarkan si “sekolah-sekolah syetan”.
Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu
ampunan daripada-Nya dan karunia) (Q.S. Al-Baqarah :268)
Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka
diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan
umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa
usia hidupnya berada di “genggaman
yang lain”, tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada.
Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru
menyibukan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tidak berwujud. Biarkan hari
esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya,
dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini anda sudah
sangat sibuk.
Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang
berani menebus kesedihan suatu masa yang
belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh
karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar