Kamis, 20 Februari 2014

URGENSI PENGENDALIAN DIRI DI DUNIA PENDIDIKAN

URGENSI PENGENDALIAN DIRI DI DUNIA PENDIDIKAN
Oleh : Sobarudin*
Pada kurun waktu menjelang Ujian Nasional (UN) seperti sekarang ini muncul fenomena dimana sejumlah siswa terlena dengan kebiasaan kurang bijak untuk dilakukan layaknya siswa yang siap mengikuti Ujian Nasional  dengan prediksi hasil yang memuaskan, lebih tepatnya sejumlah siswa tidak dapat mengendalian diri dalam kesiapannya menghadapi Ujian Nasional yang pelaksanaannya tinggal hitungan hari. Fenomena ini dapat terlihat dengan sederhana, sejumlah siswa terlihat tenang-tenang saja mendengar  informasi  bahwa bentuk soal untuk UN tahun ini adalah 20 paket untuk SMP misalnya, dengan pengertian bahwa dalam satu kelas terdapat 20 paket soal yang berbeda satu orang dengan lainnya, rendahnya respon siswa dalam mengikuti kegiatan keilmuan, kurang aktif mengikuti pengayaan (tambahan pelajaran), tidak mengoptimalkan peran kelompok-kelompok belajar yang sudah dibentuk, rendahnya animo mengikuti bimbingan belajar di sejumlah tempat yang sengaja di adakan oleh sebuah lembaga bimbingan belajar.
Kembali pada topik, menurut R.S Satmoko, (1986:130) Pengendalian diri adalah kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain, baik itu perasaan bahagia, sedih, marah, senang, takut, dan sebagainya. Sedangkan Pengertian Pengendalian berasal dari kata kendali, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti proses, cara, pembuatan pengendalian, pengekangan. Sedangkan  kata diri berarti orang seorang. Sehingga secara sederhana dapat di devinisikan pengendalian diri adalah suatu kemampuan  seseorang dalam upayanya mengenali dan mengendalian emosi dirinya dan orang lain sehingga lebih berdampak posotif.
Setiap peserta didik tidak terbatas pada tingkatan  Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) sejatinya pandai dalam pengendalian diri. Pengendalian diri dimaksud adalah pandai mengendalian emosi dan perasaan manakala pada posisi dimana jiwa tidak stabil (kecenderungan negatif). Terinspirasi dengan salah satu hadis Rasulallah SAW dimana dikatakan bahwa ”Orang yang yang paling kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.” (HR Bukhari). Kata amarah dekat dengan kata marah, apabila dilakukan seseorang maka ditandai dengan luapan emosi yang tidak terkendali, akal sehatnya menjadi tidak berfungsi normal, bicaranya menjadi tidak terkontrol, raut mukapun menjadi berubah ke arah yang menyeramkan dan tidak nyaman di pandang. 
Sepanjang perjalanan hidup seseorang terlebih para peserta didik, seharusnya piawai dalam mengendalian diri, dalam  beraktifitas di lembaga pendidikan dimana ia selama ini menimba ilmu dilingkupi  pasang dan surut suasana hati (motivasi), kejadian positif dan negatif datang silih berganti, kerikil kerikil peristiwa  yang kerap menjadi pemicu semangat,  sungguhpun tidak jarang justru menjadi pemicu ketidak harmonisan  dalam jalinan hubungan  pendidikan  dan persaudaraan, sejatinya menjadi wahana untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang tangguh dalam pengendalian emosi diri. Tidaklah dikatakan berhasil seseorang manakala ia menghindar dari ujian, akan tetapi  dikatakan berhasil seseorang adalah manakala mampu dalam mengatasi ujian yang datang mendera dirinya.
Ilustrasi dari pemaparan diatas adalah seorang siswa dikatakan berhasil manakala mampu secara psikologis dan akademik mengnyelesaikan sejumlah ujian yang dilaksanakan di sekolah dengan dibuktikan bahwa pribadinya stabil  dan sejumlah angka memenuhi kriteria yang dipersyaratkan dalam sebuah tes. Diakui atau tidak, sejumlah orang termasuk kita para pendidik sering terjebak dengan anggapan bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan nilai (angka) secara kuantitatif semata,  tetapi sering melupakan nilai-nilai secara psikologis dan moral secara kualitatif, padahal pada sisi kedua inilah esensi dari keberhasilan seorang manusia bermuara.
Bagi mereka yang sanggup membuktikan bahwa dirinya mampu mengendalikan diri akan memperoleh beberapa hal diantaranya : Dari sisi pisik, muka akan nampak lebih berseri, kelihatan lebih awet muda, jauh dari berbagai penyakit yang diakibatkan faktor psikologis seperti tekanan darah tinggi, stres dll. Dari sisi sosial, akan lebih mudah bergaul, hubungan dengan peserta didik dan lainya lebih harmonis, disenangi oleh banyak orang sehingga pada tataran tertentu  akan menambah persaudaraan yang lebih luas dan menyenangkan.
Kesimpulan: Seseorang yang pandai mengendalian diri baik itu peserta didik terlebih para pendidik dalam  kapasitas dan posisinya  masing-masing, maka bisa dikatakan dia adalah orang pilihan dan berpeluang untuk menjadi pribadi yang berhasil serta sukses. Sukses  dari sisi  kualitatif yang ditandai sisi psikologis dan moral menjadi lebih stabil,  dari sisi kuantitatif  ditandai dengan sejumlah angka yang signifikan baik pula. Bukankah kita semua akan senang manakala bersahabat dengan orang yang pengendalian dirinya baik  dan sebaliknya kita akan menjauh dari mereka yang tidak mampu dalam  pengendalikan diri. Pertanyaannya maukah kita jadi pribadi yang pandai dalam mengendalikan diri dalam dunia pendidikan sehingga dunia pendidikan kita akan semakin maju dan bermartabat ?, suasana pembelajaran dalam bingkai wawasan wiyana mandala bukanlah slogan tanpa makna tetapi lebih membumi di lingkungan pendidikan kita, semoga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar