Kamis, 16 Februari 2012

MERINDUKAN PEMIMPIN PRO BAWAHAN DAN JADI TELADAN


MERINDUKAN PEMIMPIN PRO BAWAHAN
DAN MENJADI TELADAN
Oleh : Sobarudin

Tema menjadi pemimpin yang bijak dan disukai bawahan, pada era sekarang menjadi pembicaraan aktual oleh pemerhati perkembangan masyarakat Indonesia.  Pemerhati tersebut berasal dari berbagai unsur masyarakat yang memiliki rasa kepedulian dan keprihatinan atas berbagai kejadian yang menimpa kelompok masyarakat tertentu yang termarjinalkan dan kurang diuntungkan dengan berbagai kebijakan dari penguasa negeri ini.
Memimpin suatu kelompok masyarakat besar bagi seorang pemimpin itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan, tetapi harus dilandasi kompetensi dan karakter yang baik pada tataran implementasi. Sejatinya bagi pemimpin lebih banyak mendengar apa yang dikehendaki anggota kelompoknya, dibandingkan memaksakan keinginan terhadap kelompok atau bahkan mementingkan politik Asal Bapak Senang (ABS). Kurang etis rasanya pemimpin mengharapkan imbalan dari apa yang telah dilakukan terhadap anggota kelompoknya, karena tanpa harapan itu pula sebagai anggota yang menghormati pimpinannya tentu akan tahu cara berterima kasih manakala suatu kegiatan atau proyek telah terselesaikan.
Pemimpin perlu menjadi teladan bagi yang dipimpinnya. Keteladan itu memberikan cerminan bagi yang dipimpinnya. Anggota kelompoknya akan merasakan kehadiran pemimpinnya dalam keadaan dan suasana apapun. Pemimpin tidak harus disegani atau ditakuti, tetapi pemimpin harus mampu menjadi seseorang yang patut diteladani. Karena keteladanan pemimpin akan menggerakan seluruh jiwa dan raga para anggotanya untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi kepentingan kelompoknya.
Kemampuan seorang pemimpin untuk memberikan harapan terpenuhi segala kebutuhan anggota kelompoknya, dapat terlihat dari bagaimana sosok pemimpin bekerja keras untuk melakukan sesuatu yang bermanpaat bagi kelompoknya. Dia berani melakukan apapun demi terpenuhinya kebutuhan anggota. Dia ikhlas melakukannya, dia rela mengorbankan segala yang dimilikinya, hanya untuk memberi kebahagiaan bagi anggota kelompoknya. Dia tidak sungkan-sungkan untuk segera mengambil keputusan yang terbaik untuk anggota yang dipimpinnya.
Keseriusan seorang pemimpin dalam mengemban amanah yang dipikulnya akan mendorong semangat anggota yang dipimpinnya untuk melakukan apa yang diperintahkannya. Tentu perintah yang dikeluarkan oleh pemimpin tersebut dapat dipahami oleh anggota-anggotanya dikarenakan isi perintah dari pemimpin tersebut  sesuai dengan aturan yang semestinya, sesuai pula dengan kemampuan, keahlian dan yang paling utama tidak menimbulkan beban mental dan ekses negatif.
Setiap pemimpin akan berusaha melakukan evaluasi atas keputusan yang dikeluarkan. Keputusan tersebut merupakan penjabaran dari visi misi kepemimpinannya, bagaimana pemimpin tersebut mampu memberikan cara menyelesaikan permasalahan yang ada, di sertai dengan langkah-langkah yang aplikatif. Pemimpin akan berpikir keras dan berusaha sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimiliki dengan tentu saja melibatkan berbagai pendapat dan saran dari anggota yang dipimpinnya. Dia piawai menganalisis  berbagai pendapat tersebut dengan dasar-dasar pengalaman dan keilmuan untuk dapat membuat kebijakan yang memihak kepada kepentingan dan kesejahteraan  anggota.
Penyadaran diri bahwa ia  sebagai bagian dari anggota, memungkinkan sosok pemimpin tersebut menyadari betul bahwa dirinya harus bekerja sama dan harus mampu memberikan manpaat bagi anggota. Maka dia berusaha untuk mencari berbagai metode yang tepat untuk digunakan dalam membantu anggota-anggotanya menyelesaikan pekerjaan yang diembannya. Disinilah perlunya pemimpin memahami betul karakteristik pekerjaan setiap anggotanya. Kemudahan menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan anggota dengan bantuan pemimpin  akan menjadikan pemimpin tersebut menjadi bahan rujukan atas pekerjaan.
Pemimpin harus bersikap netral terhadap anggota-anggotanya. Hal ini sangat penting dalam proses mencapai tujuan yang menjadi harapan semua anggota. Pengambilan keputusan harus secara cermat memperhatikan kepentingan setiap anggota. Tidak menimbulkan kesenjangan dan ketidakharmonisan dalam melakukan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawab setiap anggota.
Ketegasan seorang pemimpin tidak harus memaksa anggota untuk melakukan apa yang diperintahkannya. Akan tetapi pemimpin dalam memberi perintah atau mengeluarkan  keputusannya harus berlandaskan kewenangannya yang berdampingan dengan haknya sebagai pemimpin dan kewajiban yang semestinya dilaksanakan. Sehingga tidak menimbulkan pertentangan atas suatu pekerjaan yang sedang dilakukan.
Bertanggungjawab terhadap resiko buruk sebagai bagian dari akibat keputusan yang dikeluarkan pemimpin merupakan bagian penting dari bagaimana mengembalikan kepercayaan diri bagi anggota untuk segera melakukan upaya perbaikan. Ini akan mendorong semangat anggota dalam mengerjakan tugas. Mereka  merasa terlindungi atas segala tindakan yang menyangkut pekerjaannya. 
Apresiasi dan penghargaan terhadap hasil pekerjaan anggotanya merupakan bentuk kepedulian pemimpin dalam mendorong anggota untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan produk yang lebih baik. Pemberian penghargaan ini diberikan sesuai dengan prestasi hasil penilaian pemimpin dan anggota secara keseluruhan yang dilakukan dengan mengedepankan obyektifitas. Sehingga terhindar dari kesenjangan dan melemahnya kebersamaan anggota.
Pemimpin harus menghindari sanjungan atas usaha kepemimpinannya dalam memajukan anggota. Namun pemimpin yang berpikir maju menjadikan keberhasilan yang didapatkannya adalah bagian dari ketaatan anggotanya dalam  memenuhi apa yang menjadi kewenangan dirinya sebagai pemimpin. Dia pandai berterima kasih kepada anggotanya, bahwa keberhasilan bukan atas dirinya, akan tetapi merupakan hasil dari kebersamaan.
Refleksi kepemimpinan yang memiliki nilai positif diatas hanya sekelumit dari besar harapan memiliki pemimpin yang mampu memberi inspirasi dan mampu menjadi teladan atas kepemimpinannya, sehingga memotivasi etos kerja dan kreasi anggota dalam komunitas untuk memberikan nilai-nilai konstruktif dan secercah kebahagian bagi para anggota dalam beraktivitas. Sehingga efek positif yang diharapkan akan tercipta suasana kerja yang kondusif, efektif dan efesien serta mampu memberikan kebahagiaan bagi para anggota.
Besar kiranya harapan para pemimpin di negeri ini dapat melahirkan regulasi dan budaya kerja yang benar-benar dapat diharapkan, pemimpim yang pantas dijadikan suri tauladan dan tidak melahirkan budaya kerja yang mendapat cibiran atau cemooh dikemudian hari oleh para generasi yang akan datang. Sehingga tercipta suasana masyarakat yang sejahtera dan kenyamanan dalam bekerja. Semoga...
(Dari berbagai sumber)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar