Selasa, 24 April 2012

MENYOAL MAKNA BERKAH DALAM HIDUP


MENYOAL MAKNA BERKAH DALAM HIDUP
Oleh: Sobarudin
Tulisan sederhana ini bermaksud mengajak refleksi bersama tentang ucapan “berkah” yang sering kita dengar  di obrolan  santai maupun di forum resmi semisal Kajian Ilmiah, Majelis ta’lim dan kegiatan semisal lain. Misalnya kata-kata, “Mudah-mudahan kita mendapat keberkahan dari Allah SWT...., adalah sering terngiang ditelinga kita. Mudah memang mengucapkan kalimat itu, tetapi apakah semudah itu pula kita berprilaku sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan agama untuk dapat menggapai keberkahan dari Allah ?. Lalu bagaimana berkah dalam hidup itu bisa kita capai?. Allah sudah menjamin pada  surat Al-A`raf  ayat 96, bahwa untuk memperoleh keberkahan itu seorang hamba itu harus beriman dan bertaqwa pada Allah SWT.

Setiap orang yang bertaqwa itu sudah pasti beriman, tetapi belum tentu setiap orang yang beriman itu bertaqwa. Pertanyaanya apa pengertian taqwa?, banyak pendapat ulama tentang makna taqwa diantaranya Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan mentaati semua perintah Allah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.
Adalah Ubaiy bin Kaab sewaktu ditanya oleh Umar bin Khatab, apa yang dimaksud taqwa, dia menyatakan bahwa taqwa itu diibaratkan bagaikan seorang yang sedang berjalan ditengahnya banyak onak dan duri, maka tentu untuk selamat dari duri tersebut harus hati-hati dalam perjalanannya. Maksudnya orang yang bertaqwa itu harus hati-hati, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranga-Nya, menghindari sekecil apapun perbuatan yang dilarang Allah dan melaksanakan perintah dengan penuh keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT. Melaksanakan kebaikan sesuai anjuran Rasul, walau sekecil apapun seperti membuang duri dari jalan.  
Kehati-hatian itulah kata kunci untuk menjadi orang bertaqwa, orang yang hati-hati orang yang selalu ingat, orang yang selalu ingat pada peintah Allah dan selalu ingat akan  larangan Allah SWT, sehingga dia senantiasa melakukan sesuatu itu untuk mencari ridha Allah dan meninggalkan sesuatu perbuatan tersebab takut pada Allah SWT, dimana saja, kapan saja, dalam kondisi apapun dan situasi bagaimanapun dia senantiasa orientasinya pada Allah SWT. Ada kisah yang layak kita renungkan bertalian dengan keberkahan dan kehati-hatian ini diantaranya;      
Kisah ke 1, Khalifah Umar bin Khathab dari Madinah ke Mekah. Di tengah jalan beliau berjumpa dengan seorang anak gembala yang tampak sibuk mengurus kambing-kambingnya. Seketika itu muncul keinginan Khalifah untuk menguji kejujuran si gembala. Kata Khalifah Umar, "Wahai penggembala, juallah kepadaku seekor kambingmu."  "Aku hanya seorang budak, tidak berhak menjualnya," jawab si gembala. "Katakan saja nanti kepada tuanmu, satu ekor kambingmu dimakan serigala," lanjut Khalifah. Kemudian si gembala menjawab dengan sebuah pertanyaan, "Lalu, dimana Allah?" Khalifah Umar tertegun karena jawaban itu. Sambil meneteskan air mata ia pun berkata, “Kalimat di mana Allah itu telah memerdekakan kamu di dunia ini, semoga dengan kalimat ini pula akan memerdekakan kamu di akhirat kelak."
Kisah 2, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah bersabda;  "Seorang laki-laki membeli sebidang tanah dari laki-laki lain. Laki-laki pembeli tanah itu menemukan gentong berisi emas di tanah tersebut. Pembeli berkata kepada penjual, "Ambillah emasmu dariku. Aku hanya membeli tanah darimu dan tidak membeli emasmu." Pemilik tanah sekaligus penjual menjawab, "Aku menjual tanah dengan apa yang ada padanya kepadamu." Lalu keduanya berhakim kepada seorang laki-laki. Hakim tersebut bertanya, "Apakah kalian berdua mempunyai anak?" Salah satu menjawab, "Aku mempunyai anak laki-laki." Yang lain menjawab, "Aku mempunyai anak perempuan." Pengadil berkata, "Nikahkan anak laki-lakimu dengan anak perempuannya. Infakkan kepada keduanya dari harta itu dan bersedekahlah."

Kisah 3, Umar bin Abdul Aziz  ketika beliau sedang mengerjakan tugas negara malam hari tepatnya di kamar kerja salah satu kamar rumah miliknya, tiba-tiba anaknya mengetuk pintu kamar. Kemudian beliau membuka pintu dan lampu di kamar tersebut dimatikannya. Si anak lalu bertanya, "Kenapa lampu engkau matikan  ya Abi?" lalu beliau menjawab, "Karena minyak pada lampu ini milik negara, tidak layak kita membicarakan urusan keluarga dengan menggunakan fasilitas negara".
Dari kisah diatas dapatlah kita ambil benang merahnya, bahwa merasa diri diawasi terus oleh Allah SWT, berlaku adil atas milik orang lain dan berhati-hati dalam mengkonsumsi/menggunakan fasilitas milik negara atau orang lain merupakan jalan untuk menjemput keberkahan dari Allah SWT.
Orang yang bertaqwa akan diberi keberkahan oleh Allah dalam segala nikmat yang dilimpahkan-Nya, baik nikmat rezki, nikmat berkeluarga, nikmat anak patuh dan taat, nikmat isteri setia, nikmat ketenangan jiwa, nikmat rasa tidak resah dan gelisah (galau) dan nikmat-nikamat lain yang Allah jamin mendapatkan keberkahan.
Jika suatu penduduk suatu negeri bertaqwa kepada Allah, bencana akan menjauh, terhindar dari musibah dan marabahaya. "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S. Al-A`raf : 96).
Keberkahan bukan seperti benda atau barang yang bernilai seperti berlian atau emas, tetapi keberkahaan hanya bisa dirasakan dalam jiwa dan hati orang-orang beriman. Misalnya, dalam perkara rezeki seperti harta yang kita terima atau uang, makanan, walaupun ia sedikit tetapi cukup, mengenyangkan dan menyehatkan anggota badan dan membawa kebaikan bagi manusia lain.
Sehat jasmani dan rohani, kehidupan kita akan menjadi aman bahagia, hati senang, jiwa tentram dan segala urusan kehidupan dapat dikendalikan dengan mudah dan senang, sekalipun dari segi kebendaan duniawi tidaklah mewah itulah makna keberkahan hidup yang sejati.  
Demikian, semoga kita senantiasa dapat selalu berhati-hati dalam bertindak, ingat Allah SWT selalu, dimana saja dalam situasi dan kondisi apapun. Berusaha untuk selalu istiqamah terhadap ajaran agama Islam, sehingga keberkahan hidup yang selalu kita dambakan akan cepat dan senantiasa melekat dalam kehidupan kita, Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar