Jumat, 11 November 2011

Melakukan Penilaian Sumatif


Melakukan Penilaian Sumatif

Istilah Penilaian sumatif yang sering kita dengar selama ini bermakna jenis penilaian yang berfungsi untuk menentukan angka kemajuan/hasil belajar siswa. Penilaian sumatifdilakukan untuk menilai hasil belajar siswa jangka panjang dari suatu proses belajar mengajar pada akhir Program pengajaran.

Salah satu tujuan tes sumatif tidak lagi untuk memperbaiki proses pembelajaran, sebab guru telah berkali-kali melakukan penilaian formatif pada akhir Kompetensi Dasar. Oleh karena itu,aspek tigkah laku yang dinilai harus meliputi segi kognitif (pengetahuan),psikomotorik (keterampilan) dan afektif (sikap dan nilai.)

Biasanya Penilaian sumatif dilakukan pada akhir program pengajaran,artinya bahan pengajaran yang menjadisasaran evaluasi cukup luas dan banyak. Oleh karena itu penyusunan soal-soalnya harus didasarkan atas tujuan-tuajun pembelajaran umum atau standar kompetensi dan Kompetensi dasar dan harus representatif.
Penilaian sumatif bertujuan untuk menentukan angka kemajuan belajar siswa, oleh karenanya penilaian sumatif sangat memperhatikan Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda.

Dalam penilaian sumatif digunakan dua pendekatan, yaitu :

     1. Pengolahan hasil penilaian sumatif berdasarkan ukuran mutlak (PAP)
Pada dasarnya pengolahan ini membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Patokan yang sudah disepakati sebelumnya biasa disebut Tingkat Penguasaan Minimum atau KKM (kriteria Ketuntasan Minimun)
Jika pengolahan hasil berdasarkan ukuran/kritwria mutlak, maka yang harus dicapai ialah persentase jawaban yang benar yang dicapai oleh setiap siswa. Kemudian angka persentase tersebut diubah ke dalam skala evaluasi yang dikehendaki, umpamanya skala penilaian 1-10.

.  2. Pengolahan hasil penilaian berdasarkan norma relatif (PAN)
           PAN yaitu penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan yang digunakan “apa adanya”dalam arti bahwa patokan pembanding semata-mata diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat penilaian itu berlangsung.
          Untuk mengolah hasil penilaian yang berdasarkan norma relatif, digunakan nilai-nilai yang standar seperti nilai 0-10 (c-score), skla nilai 0-100 (T-score), dll

Pada penilaian sumatif, hasil penilaian biasanya digunakan untuk:
a.       Menentukan kenaikan kelas
b.      Menentukan angka raport
c.       Mengadakan seleksi
d.      Menentukan lulus tidaknya siswa
e.       Mengetahui status setiap siswa dibandingkan dengan siswa lainnya dalam kelompok yang sama.
Demikian, mengungat urgensi melakukan sumatif sangat urgen maka sejatinya setiap pendidik melakukannya dengan sepenuh hati dan secara konsekwen.

     

Bacaan :
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Rosdakarya, Bandung: 2006
Ramayuli, Filsafat pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta : 2010

MEREVISI PEMBELAJARAN

MEREVISI PEMBELAJARAN

Sebagai salah satu proses dalam pembelajaran, maka seorang guru atau pendidik sejatinya melakukan revisi pembelajaran, kegiatan ini penting dilakukan untuk melihat kembali efektifitas dari berbagai langkah yang telah dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperbaiki apa-apa yang tidak baik atau kurang signifikan keberadaannya dalam proses pembelajaran.
Revisi ini akan tidak efektif manakala salah satu tahapan dalam proses pembelajaran tidak dilalui. Ini merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Secara sederhana dapat pula dikatakan kegiatan revisi pembelajaran ini seperti daur ulang. Atau pula sebagai data dari penilaian formatif untuk mengkaji kembali kesahihan analisa pengajaran yang dilakukan oleh seseorang guru.

Bacaan :
Achmad  Noor  Fatirul, Power Point Pengembangan Sistim Pembelajaran

Mengembangkan Strategi Intruksional Pembelajaran


Mengembangkan Strategi Intruksional Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran setiap guru hendaknya memiliki strategi Intruksional agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Mengembangkan Strategi Intruksional merupakan salah satu langkah oleh seorang pengajar. Strategi Intruksional sangat memberikan andil yang cukup signifikan dalam proses belajar mengajar. Saat teknilogi pendidikan yang kian beranjak maju, maka sejatinya guru pandai mengembangkan berbagai metode, gaya,media pendidikan. Maka kegiatan pengembangan strategi intruksional menjadi sangat terbuka dengan berbagai alternatif pilihan dari yang sederhana sampai yang komplek sekalipun.
 Intinya adalah mengembangkan strategi Intruksional Pembelajaran bukan saja tidak boleh, justru sebaliknya merupakan suatu keharusan dimana seseorang akan melakukan proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan lebih efektif dan efesien.
Bacaan :
Atwi Suparman, Desain Pembelajaran, PAU-PPAI. Ditjen Dikti Depdikbud, Jakarta 1997.

Mengembangkan Butir Tes Acuan Patokan Pembelajaran


Mengembangkan Butir Tes Acuan Patokan  Pembelajaran

          Secara sederhana tes acuan patokan dapat dikatakan bahwa salah satu dari model pengembangan desain instruksional Dick and Carey. Model desain instruksional ini dikembangkan oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini merupakan model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan
Tes acuan patokan (penilaian) berfungsi untuk mengukur kemampuan pebelajar seperti yang diperkirakan tujuan. Perkembangan tes dibuat pada proses desain pengajaran setelah pelajaran dikembangkan. Alasan utamanya adalah bahwa item tersebut harus berkaitan dengan tujuan prestasi. Prestasi yang diperlukan dalam tujuan tersebut harus sesuai dengan prestasi yang diperlukan dalam item tes atau tugas prestasi. Sifat dari item tersebut akan diberikan kepada pebelajar dan berfungsi sebagai kunci terhadap pengembangan strategi pengajaran.Pengembangan Berdasarkan Tes Acuan Patokan
 
         Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Tes acuan patokan disebut juga tes acuan tujuan.
Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
(a).  Mendiagnosis dan menempatkan dalam kurikulum;
(b).  Men-checking hasil belajar dan kesalahan pengertian sehingga dapat diberikan
        pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan;
(c).  Menjadi dokumen kemajuan belajar.


Bacaan :
Dick and Carrey (1985)

Mengidentifikasi Perilaku Dan Karakteristik Awal Siswa

Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa

Setiap siswa atau peserta didik tidaklah sama karakteristik satu dengan lainnya. Oleh karenanya Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya.
Perilaku dan Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.
Dalam hal ini ada empat aspek kepribadian sibelajar yang tergolong pada kegiatan indentifikasi perilaku dan karakteristik awal belajar, yaitu :
a. Kemampuan Dasar.
b. Latar belakang pengalaman.
c. Latar belakang sosial.
d. Perbedaan individual.