Rabu, 21 Desember 2011

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri


Biarkan Masa Depan Datang Sendiri
Oleh : Sobarudin
Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi, apakah anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya di lahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang akan terjadi kepadanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya ? bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan ?.
Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam ghaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi akan terhenti jalan kita sebelum samapai pada jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai diatasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam ghaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan si “sekolah-sekolah syetan”.
Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia) (Q.S. Al-Baqarah :268)
Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia  hidupnya berada di “genggaman yang lain”, tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tidak berwujud. Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini anda sudah sangat sibuk.
Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa  yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

MENGAPA GURU PERLU MENAMBAH ILMU ?


Mengapa Guru Perlu Menambah Ilmu ?
Oleh : Sobarudin
Menurut plesetan sunda guru adalah seseorang yang perlu digugu dan ditiru. Idealnya sosok guru haruslah memiliki kompetensi diantaranya kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial sehingga ucapan dan perbuatannya perlu digugu dan ditiru oleh siswa dan masyarakat. Ada wacana baru tentang kompetensi sosial, Menurut Prof. Dr. Ahmad Tafsir pada acara PLPG di Wisma Griya Krida  Bandung belum lama ini,  sejatinya  bukan kompetensi sosial yang ke empat itu tetapi kompetensi komunikasi sosial. Tetapi karena kadong melekat jadilah kompetensi sosial seperti yang kita kenal saat ini. Kompetensi ini menekankan pada peran dan kecakapan berkomunikasi pada diri guru, Hal ini mengandung pesan bahwa seorang guru harus pandai-pandai bersosialisasi dengan lingkungan dimana ia bertempat tinggal dan lingkungan dimana dia melaksanakan tugas  kedinasannya.
Di negara matahari terbit ( Jepang ), Guru oleh masyarakat dan negara sangatlah di posisikan sebagai sesuatu jabatan yang terhormat. Seorang wali murid TK di Jepang rela membungkukan badannya saat berpapasan dengan seorang guru TK yang berjalan diseberang jalan sebagai wujud  penghormatan. Padahal guru itu sendiri tidak melihat perbuatan orang tua siswa itu. Senada dengan itu pula saat kekalahan Jepang pada perang dunia atas Sekutu, yang pertama kali ditanyakan oleh Kaisar adalah berapa jumlah guru yang tersisa ?, tidaklah ditanyakan profesi yang lain. Jepang bertekad saat itu untuk siap  tampil kedepan untuk menunjukan kepada dunia bahwa Jepang bukanlah pecundang, yang tentu saja dikawal oleh para guru.
Dari fenomena diatas kita dapat menarik benang merah, ternyata jalur pendidikanlah sebagai jalur emas, pemegang bola, juru  kunci kemajuan suatu bangsa, disinilah urgensi guru, karena memang guru sebagai penentu dari komponen di dunia pendidikan.
Tantangan kedepan yang dihadapi guru tidaklah sepele, perkembangan dunia semakin pesat ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain menambah berbagai kemudahan hidup juga berdampak negatif seperti pengaruh budaya dan gaya hidup yang materialisme. Hal ini berimplikasi ke permasalahan di dunia pendidikan lebih khusus persekolahan sebagai tempat guru melaksanakan pembelajaran semakin komplek. untuk itulah guru perlu untuk menambah ilmu pengetahuan dan sejumlah kompetensi.
Ada beberapa tawaran  bagi guru untuk menambah keilmuan dan kompetensi :
1.   Banyak Membaca
         Tidak sedikit guru yang merasa puas dengan keilmuan yang telah ia miliki, hal ini dibuktikan dengan fenomena  lemahnya daya beli buku dan lemahnya budaya baca dikalangan guru. Untuk itu  tidak ada kata lain untuk maju maka guru harus baca, baca dan baca.
2.   Banyak Mengikuti Kegiatan Keilmuan.
         Kegiatan keilmuan dimaksud seperti mengikuri seminar, loka karya, bedah buku ataupun melanjutkan studi. Kecenderungan ini nampaknya kelihatan, dimana para guru banyak yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, walaupun kemudian bila ditinjau dari sisi motivasi, ada yang terpaksa karena tuntutan profesi tetapi tidak sedikit pula  melanjutkan studi atas inisiatif dan dana pribadi. Hal ini perlu diapresiasi oleh instansi terkait sebagai bentuk peningkatkan  kompetensi SDM  pendidik.
3.   Membiasakan Menulis
         Wujud kebiasaan menulis itu bisa Pembuatan Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS, Diktat, Buku Teks, Modul atau Karya Ilmiah lain. Kebiasaan menulis dikalangan guru nampaknya sesuatu yang perlu dipacu, guru tidak sedikit yang mengalami kesulitan ketika hendak pengajuan kenaikan pangkat atau golongan karena ada prasyarat pembuatan karya ilmiah, mulai dari pembuatan PenelitIan Tindakan Kelas (PTK) maupun karya ilmiah yang lainnya, sehingga dari fenomena ini marak subur birojasa-birojasa PTK. Ada sejulah PTK-PTK karya orang lain yang ada di Internet maupun langsung ke orang bersangkutan di download atau di pinjam. Memang tidak salah,  bila karya orang di lihat tetapi bukan untuk copy paste saja, karya yang ada bermanfaat untuk sebagai perbandingan, mulai dari sistematika penulisan, metodologi dan analisis dan lain-lain.
Sebenarnya tidak terlalu sulit apabila guru akan membuat Penelitian Tindakan Kelas ataupun Karya Ilmiah lainnya, kuncinya adalah kemauan yang kuat (motivasi) dan tidak malu bertanya. Ini masalahnya. Guru ada yang berprinsip “ah gampang nanti saya minta dibuatkan oleh si...”  PTK maupun karya Ilmiahnya. Lebih baik salah dari pada tidak mencoba sama sekali, dari kesalahan kita dapat belajar lebih baik lagi. Coba bandingkan karena merasa tidak bisa dan takut salah, akhirnya tidak ada produk ilmiah yang dihasilkan.
Guru yang terbiasa dengan membuat tulisan-tulisan ringan maupun karya ilmiah, maka akan memperolah kemudahan paling tidak kemudahan untuk kenaikan pangkat atau golongan, sebab dari karya yang dihasilkan akan memperoleh penghargaan berupa poin angka kredit. Wacana kedepan kenaikan pangkat dan golongan ini menjadi agak lambat dan selektif, Kenaikan pangkat dan golongan guru kedepan tidak lagi empat semester atau lima semester tetapi miniman enam semester sampai delapan semester. Ini tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh semua guru untuk kemudian di responi dengan kerja nyata dan etos kerja yang semakin positif.
Kesimpulan:
Guru merupakan suatu profesi mulia, untuk itu guru hendaknya dapat memposisikan diri pada proporsi yang sebenarnya, sehingga orang diluar dunia pendidikan mengakui existensi dan urgensi guru ditengah-tengah masyarakat dan bangsa Indonesia.
Guru harus terus mengeksplorasi potensi diri sehingga potensi yang ada semakin optimal dan bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pada tataran praktis yakni proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan seperti maksud dan tujuan pembelajaran berbasis PAIKEM.
Tidak ada kata “tidak bisa dan terlambat”, terus tingkatakan kompetensi guru, mulai dari kompetensi Pedagogik, kompetensi Profesional, Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial. Sehingga pendidikan di negeri tercinta ini semakin baik dan baik dengan guru-guru yang Profesional,  Semoga...


Minggu, 11 Desember 2011

CONTOH LAPORAN PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN


PENELITIAN KOLEKTIF

PEMBINAAN KEAGAMAAN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ( LP ) KABUPATEN KUNINGAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islami
Dosen : Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi, M.Ag.


                                                                                                          
Oleh :
1.     Sobarudin
2.     Carwan
3.     Iceu Enisceu
4.     Eni Suherni
5.     Yani Mulyati

Jurusan : Pendidikan Islam
Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam / PAI
Reguler- A
                                                                                  




PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SYEKH NURJATI
C I R E B O N
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Laporan hasil penelitian dengan tema “Pembinaan Keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan ( LP ) Kabupaten Kuningan” dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan telah kami selesaikan.
Laporan ini tidak mungkin dapat tersaji tanpa bantuan dan keterlibatan banyak pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada Direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang juga sebagai Dosen Pengajar Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islami yang telah memberi kepercayaan kepada kami untuk melakukan Penelitian ini.
Terima kasih pula kami haturkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan   ( LP ) Kabupaten Kuningan beserta Staf, yang telah membantu dan bekerjasama dengan kami sehingga apa yang kami butuhkan berupa data dan informasi dapat di peroleh dengan baik dan mudah.  Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya di sampaikan kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, begitu juga kepada rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati yang telah memberikan dorongan moril dan apresiasi konstruktifnya saat presentasi.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, tegur sapa demi perbaikan di kemudian hari sangat di nanti, semoga menjadi kebaikan bagi semua, Amin...
Kuningan, 20 Juni 2011
Peneliti

Sobarudin dkk

DAFTAR ISI
Halaman Judul  ............................................................................................  i
Kata Pengantar   ........................................................................................... 1
Daftar Isi   .................................................................................................... 2
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang   .............................................................................. 3
B.    Rumusan Penelitian   ...................................................................... 4
C.    Tujuan Penelitian   .......................................................................... 5
D.    Metode Penelitian   ......................................................................... 5
E.     Sistematika Penulisan   ................................................................... 5
BAB II KONDISI OBYEKTIF LP KUNINGAN
A.    Letak Geografis Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ......... 7
B.    Stuktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan  ............................. 9
C.    Struktur DKM Lembaga Pemasyarakatan   ................................... 9
D.    Jenis Kegiatan Pembinaan Keagamaan  ....................................... 10
BAB III ANALISIS
A.    Kegiatan Pembinaan Keagamaan  ................................................ 11
B.    Respon Para Napi Terhadap Pembinaan Keagamaan  ................. 12
BAB IV KESIMPULAN
A.    Kesimpulan  .................................................................................. 14
B.    Saran   ........................................................................................... 15

B A B   I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia dalam tatanan kehidupan sosialnya senantiasa di hadapkan pada kenyataan, bahwa tidak ada manusia yang sempurna, artinya senantiasa mempunyai kesalahan dan kekurangan. Dalam kaitan ini manusia seringkali melakukan kesalahan dan pelanggaran hukum, norma dan adat istiadat sehingga menuntut adanya  vonis hukuman dari para penegak hukum sebagai sarana untuk menginsyafkan dan memperbaiki diri untuk kemudian kembali lagi pada pangkuan masyarakat normal pada umumnya.
Sebagai satu institusi penegakan hukum di Indonesia, kehadiran Lembaga Pemasyarakatan (LP) nampaknya menjadi suatu keniscayaan di setiap Kabupaten/kota. Pada Lembaga Pemasyarakatan (LP)  keberadaan program bimbingan rohani nampaknya mendapat proporsi yang strategis dan signifikan.
Bimbingan keagamaan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didiknya untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[1]
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.[2]
Fenomena yang terjadi di setiap Lembaga Pemasyarakatan (LP) termasuk di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ternyata telah lama melakukan suatu upaya bimbingan keagamaan atau penyadaran kepada para penghuninya (baca Narapidana) berupa kegiatan bimbingan rohani (Bimroh) Islam, akan tetapi nampaknya belum menunjukan sesuatu yang  berarti. Hal ini ditandai banyaknya mantan narapidana ternyata sekembalinya dari Lembaga Kemasyarakatan (LP)  masih melakukan praktik tindakan yang  mencerminkan seseorang belum bertobat secara benar. Masih dijumpai prilaku malas melakukan kewajiban shalat lima waktu, meminum minuman keras, berjudi, premanisme dan lain sebagainya.
Maka dipandang perlu untuk meneliti bagaimana proses pembinaan keagamaan dan bagaimana pula respon dan sikap keagamaan para narapidana selama di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
B.     Rumusan Masalah
           Berdasarkan Latar Belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya seperti :
1.     Bagaimana proses pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ?
2.     Bagaimana respon dan sikap para Narapidana terhadap pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kuningan ?

C.     Tujuan Penelitian
1.     Untuk menggambarkan proses pembinaan keagamaan yang di lakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
2.     Untuk menjelaskan respon dan sikap para Narapidana terhadap program pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
D.     Metode, Lokasi, Waktu dan Sumber Data Penelitian
1.     Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif.
2.     Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
3.     Waktu Penelitian
Waktu dilakukan untuk penelitian ini tergolong singkat, yakni hanya 1 minggu, yaitu tanggal 10 -16 Juni 2011
4.     Sumber Data
a.      Sumber data Primer, yaitu orang-orang yang terlibat dalam pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan.
b.     Sumber data Skunder, yaitu studi pustaka yang menunjang data-data tertulis, baik berupa buku, artikel dan sejenis lainnya.
E.      Sistematika Penulisan
            Penulisan Laporan ini akan dibagi menjadi empat bab, dimana tiap babnya di bagi menjadi beberapa sub bab, yaitu :
Bab I : Merupakan Penahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode, lokasi, waktu dan sistematika penulisan.
Bab II : Kondisi Obyektif lokasi penelitian yang terdiri dari Letak Geografis, Struktur Organisasi LP, Struktur DKM atau Lembaga Pembinaan Keagamaan, Jenis  Kegiatan Keagamaan.
Bab III : Analisis, yang terdiri atas analisis terhadap kegiatan pembinaan keagamaan, respon dan sikap para narapidana terhadap kegiatan pembinaan keagamaan.
Bab IV : Kesimpulan, terdiri atas kesimpulan dan Rekomendasi atau saran kepada instansi terkait.













BAB II
KONDISI OBYEKTIF LP KUNINGAN
A.    Letak Geografis.

Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kabupaten Kuningan terletak di perempatan Cijoho Kuningan, termasuk Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan, bangunannya tepat disamping tugu bundar ini. Kata Cijoho berasal dari dua  kata yaitu Ci atau cai dalam bahasa Sunda berarti air dan kata joho adalah nama sebuah pohon yaitu pohon joho. Wilayah ini dikepalai oleh seorang Lurah. Sebagai Aparatur Negara, Lurah dibantu oleh kepala dusun, aparatur kelurahan dan hansip. Satu dusun atau kampung biasanya merupakan satu RW (Rukun Warga) yang membawahi beberapa RT (Rukun Tetangga). RW dipimpin oleh Ketua RW dan RT dipimpin oleh Ketua Rukun Tetangga (RT).[3]
Batas Wilayah Kelurahan Cijoho Kecamatan Kuningan
·                Di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Kasturi.
·                Di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Purwawinangun.
·                Di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Kuningan .
·                Di sebelah timur berbatasan dengan desa  Ciporang.
Wilayah kelurahan Cijoho didominasi oleh dataran yang rata sedikit berkontur. Keadaan iklim kelurahan Cijoho dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18° C - 32° C serta curah hujan berkisar antara 2.000 mm - 2.500 mm per tahun. Pergantian musim terjadi antara bulan November - Mei adalah musim hujan dan antara bulan Juni - Oktober adalah musim kemarau.
Untuk mencapai kelurahan Cijoho dari pusat kota Kuningan  tidaklah sulit, apalagi kelurahan Cijoho terletak di perempatan jalan, sehingga banyak jalur angkot yang melewatinya. Jaraknya dari kota Kuningan  kurang lebih 4 km. Kelurahan Cijoho dilewati kendaraan dari arah kota Kuningan ke daerah timur dan ke daerah utara. Ada empat angkutan umum yang melewati jalan raya kelurahan Cijoho yaitu:
·                angkot 06 jurusan Pasar baru-Kertawangunan
·                angkot 10 jurusan Pramuka-Kertawangunan
·                angkot 03 jurusan Pasar baru-Cirendang
·                angkot 04 jurusan Pramuka-Cirendang[4]



B.    Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan
         Struktur Organisasi yang dimaksud di Laporan ini dibatasi yakni hanya yang berkaitan dengan Program Bimbingan Rohani Keagamaan saja, yakni sebagai berikut :
1.     Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) :
Bapak  Drs. Moh. Lutfi, Bc.IP. MH.
2.     Kasi Binaadik (Bimbingan Narapidana dan Anak Didik) :
Ibu Sri Setiati, Bc.IP.SH.
3.     Kasubsi Bimaswat (Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan) :
Bapak Wawan Irawan, Bc.IP. SH.
4.     Ketua Dewan Kemakmuran Masjid LP : Bapak Furqon
5.     Kordinator Majelis Taklim LP : Bapak Jaenal Arifin[5]
C.    Struktur DKM / Organisasi Pembinaan Keagamaan
1.     Ketua Dewan Kemakmuran Masjid : Bapak Furqon
2.     Anggota     :
1. Farid Firdaus bin Ma’mun Hayyan
2. Yayan Ahyani bin Aya
3. Musmualimin
4. Jaenudin
5. Tatang Haidar
3.  Mubalig Pengisi Acara Majlis Taklim :
1. Bapak Dudung (Kemenag Kab. Kuningan)
2. Ikin Sodikin (Kemenag Kab. Kuningan)
3. Oban Sobani (Kemenag Kab. Kuningan)
4.  Ayub Ahmad (Kemenag Kab. Kuningan)
5. Momon Abdurrahman (Yayasan Mahakasih).

D.     Kegiatan Pembinaan Keagamaan
1.    Majlis Taklim
           Dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis pada jam 09.00  s.d  jam 11.00
2.    Shalat Berjamaah
           Setiap sholat wajib yakni Shalat Isa, Subuh. Dhuhur, Ashar, Magrib.
3.    Pesantren Kilat
           Dilaksanakan setiap tahun bekerja sama dengan Ponpes Husnul        Khotimah Kecamatan Jalaksana Kab. Kuningan.
4.    Bimbingan Membaca Al-Qur’an
Dilaksanakan setiap selesai shalat Magrib, bagi mereka yang berminat    di lakukan pula bimbingan  seni membaca Al- Qur’an.[6]







BAB III
A N A L I S I S
A.    Kegiatan Pembinaan Keagamaan
Agama merupakan tonggak utama bagi kelangsungan hidup insan di dunia. Berkenaan dengan itu, para napi yang berada di jeruji besi membutuhkan pencerahan rohani sebagai asasi kelangsungan hidup yang akan dijalaninya selama berada dalam aturan-aturan yang mengikat. Realitanya siapa pun tidak akan mau berada dalam kondisi seperti itu, namun ibarat nasi sudah menjadi bubur, apalah daya tangan tak sampai, kesalahan telah dilakukan, resiko harus di terima.
Dalam pada itu, Lembaga Pemasyarakatan Kuningan memiliki kepentingan untuk menyampaikan syiar-syiar keagamaan. Baik itu dilakukan oleh unsur intern (petugas keagamaan), maupun oleh pihak-pihak yang memiliki tingkat kepedulian sosial  yang tinggi.
Perlu disadari bahwa manusia memiliki dua potensi dalam kehidupannya. Yakni potensi berbuat baik dan adanya potensi untuk berbuat buruk. Siapapun bisa berbuat khilaf. Tapi tekad dan kesungguhan hati untuk memperbaiki diri niscaya masyarakat akan memberikan apresiasi dan kepercayan untuk bisa kembali berada di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu,  senantiasa dapat dijadikan semangat dan tekad bagi warga binaan untuk mengisi hari-hari menjelang bebas dan memperbanyak karya dan cipta yang bermanfaat bagi sesama, sekaligus sebagai persiapan diri untuk tidak melanggar hukum lagi. Sehingga menunjang keberhasilan narapidana dalam berintegrasi dengan masyarakat.
Berbagai perubahan juga teryata telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hukum. Peningkatan kesadaran hukum tersebut juga mengakibatkan peningkatan tuntutan masyarakat kepada peningkatan hukum yang memberikan kepastian dan pengayoman hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran.
Warga binaan pemasyarakatan yang telah membangun kesadaran dan kesabaran dalam menjalani proses pembinaan, Percayalah bahwa kesadaran dan kesabaran para napi merupakan sebuah titik awal yang akan menghantarkannya  menuju kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya apa yang dilakukan jajaran Lembaga Pemasyarakatan atas dedikasinya dalam membangun organisasi yang bermartabat, tetap menjaga semangat untuk memberikan pengabdian yang terbaik dalam mewujudkan cita-cita Lembaga Pemasyarakatan yang dapat melahirkan generasi-generasi baru yang dapat diterima di tengah masyarakat serta dapat beribadah sosial perlu di apresiasi secara baik, profesional dan proporsional.
B.    Respon Para Narapidana
Ibarat pepohonan yang ada di padang tandus. Kehausan, kekeringan, berharap  hujan datang sehingga dapat menyejukkan dan melangsungkan kehidupannya. Kalau boleh diibaratkan, para napi yang berada di terali besi pun menyesal tiada henti. Tak dapat dipungkiri mereka mengharapkan pencerahan hidup yang dapat menjadikan kesejukan dalam hatinya. Resah, gelisah, putus asa, berniat bunuh diri,  ingin rasanya mati saat ini juga. Namun kesemuanya itu tidak ada gunanya dilakukan selagi masih ada peluang dan kesempatan untuk menjadi manusia kedua yang lebih baik dan menjadikan kesalahan saat ini merupakan hikmah yang tak terhingga.
Agama! Tuhan! Kembali menjadi sandaran mereka. Dengan berserah diri, memohon, meminta pengampunan, berucap Istigfar, menjadikan mereka memahami; betapa kecil dan betapa hina dihadapan Allah. Tausiyah diberikan, ibadah sholat ditunaikan secara berjamaah, lantunan ayat Al-Qur’an di ajarkan oleh jajaran petugas di LP. Disinilah para napi merasakan kehidupan yang dekat dengan Allah. “Selama saya berada di lapas ini, saya diajarkan betapa perbuatan yang telah dilakukan itu adalah larangan, dan berefek dosa bagi si pelaku, bagaimana masyarakat memandang sebelah mata. Renungan-renungan pembinaan keagamaan yang diberikan menjadikan motivasi, bahwa saya harus bisa menjadi orang yang lebih baik dan sabar menghadapi masalah yang sedang dijalani.[7]
Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa para Narapidana dan Tahanan menyambut baik berbagai program pembinaan keagamaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (LP)  Kuningan, hal ini dibuktikan dengan partisipasi dan keterlibatan semua Narapidana pada setiap program keagamaan yang selama ini diselenggarakan dengan tanpa paksaan yang berarti. Masing-masing narapidana dan tahanan menyadari benar bahwa suasana agamis yang kondusiflah yang selama ini mereka butuhkan.


BAB IV
K E S I M P U L A N
A.    Kesimpulan
Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah  lembaga yang menampung sekumpulan orang-orang yang melanggar hukum, baik hukum agama, hukum negara maupun hak azasi manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi para napi berada di jeruji besi tersebut; faktor lingkungan, pergaulan, kebutuhan, ekonomi,  adat kebiasaan dan emosionalitas yang tak terkendali.
Kabupaten Kuningan yang merupakan kota kecil, namun memiliki bangunan tempat dimana ditampung kelompok orang yang harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Jumlah Personil Lembaga pemasyarakatan 78 petugas 3 orang Dokter. Sedangkan Jumlah Narapidana 362 orang, 5 orang diantaranya perempuan, dan Jumlah tahanan 77 orang.
Kegiatan pembinaan keagamaan yang selama ini dilakukan hendaklah dimaknai sebagai upaya pemulihan kesadaran mental yang sebelumnya telah hilang dari masing-masing narapidana dan tahanan untuk kemudian siap kembali secara mental ke tengah-tengah masyarakat  dan kehadirannya kelak dapat diterima secara baik-baik.



B.    Saran
1.   Kepada Para Narapidana dan Tahanan
           Ibarat pepatah  “Experience Is The Best Teacher” Pengalaman adalah Guru Yang Paling Baik”. Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.  Jadikan hasil pembinaan terutama keagamaan sebagai kekuatan awal dalam menata kehidupan yang lebih baik.
2.       Bagi Jajaran Petugas Lembaga Pemasyarakatan,
            Kegiatan pembinaan keagamaan yang selama ini telah dan sedang dilakukan terhadap para Narapidana dan Tahanan di LP Kuningan ini agar terus lebih ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya, dengan harapan apa yang  menjadi Visi Misi dari Lembaga Pemasyarakatan dapat lebih cepat tercapai. Semoga ketulusan anda dalam bekerja dapat memotivasi para Narapidana dan Tahanan untuk dapat dengan mudah  mengikuti pada setiap programnya.
3.       Pihak Terkait
            Kepada pihak-pihak terkait; Departemen Hukum dan Ham RI, Kementerian Agama, Yayasan Mahakasih, Pondok Pesantren Husnul Khatimah Jalaksana- Kuningan agar terus menjaga kemitraan yang selama ini telah berjalan baik sehingga terwujudnya suasana kondusif dalam proses pelaksanaan Pembinaan Keagamaan di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Kuningan.

                    DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin , 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Rosdakarya. Bandung
Wirawan Sarlito, 1992, Menuju Keluarga Bahagia, Karya Aksara. Jakarta
M. Daud Ali, 2002, Pendidikan Agama Islam. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Wawancara Dengan Ketua Lapas Kuningan, tgl 16 Juni 2011
Wawancara Dengan Narapidana Lapas Kuningan, tgl 16 Juni 2011



[1] Terinspirasi oleh Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam,  Rosdakarya. Bandung
[2] Terinspirasi Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
[3] Wawancara dengan Bapak Manus, Karyawan LP Kuningan, tgl 16 Juni  2011
[4] Wawancara dengan Bapak Drs. Moh. Lutfi, Bc.IP.MH. Ketua LP  Kuningan, tanggal 16 Juni 2011
[5] Wawancara dengan Bapak Manus, Karyawan LP Kuningan tgl 16 Juni 2011
[6] Wawancara dengan Bapak Manus dan Jaenal Asikin, Karyawan dan Narapidana LP Kuningan tgl 16 Juni 2011
[7] Wawancara dengan Bapak Jaenal Asikin, Narapidana asal Kuningan, tgl 16 Juni 2011